Mahasiswa Antusias Ikuti Mata Kuliah Psikologi Pendidikan
Membangun Pemahaman tentang Proses Belajar dan Perkembangan Peserta Didik
Oleh: Dini Mulyawati
Kuningan,6November2025—
Semangat dan antusiasme mahasiswa program studi pendidikan tampak jelas dalam kegiatan perkuliahan Psikologi Pendidikan yang digelar di salah satu ruang kuliah Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Kuningan. Mata kuliah ini, yang dipandu langsung oleh Dr. Erik, M.Pd., menjadi salah satu agenda favorit pada semester ganjil tahun akademik 2025/2026.
Perkuliahan yang berlangsung selama dua jam setiap minggunya itu tidak sekadar berisi teori, tetapi juga sarat dengan praktik dan penerapan nyata di lapangan. Sejak awal, mahasiswa sudah diajak berpikir kritis mengenai bagaimana peserta didik belajar, berkembang, dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Menurut Dr. Erik, M.Pd., Psikologi Pendidikan merupakan fondasi penting yang harus dipahami oleh setiap calon guru.
“Psikologi Pendidikan adalah salah satu mata kuliah dasar yang menentukan cara berpikir calon pendidik. Guru tidak hanya dituntut menguasai materi pelajaran, tetapi juga memahami bagaimana peserta didik berpikir, berperilaku, dan berkembang. Di sinilah peran Psikologi Pendidikan menjadi sangat penting,” jelasnya dalam wawancara seusai perkuliahan.
Ia menambahkan bahwa seorang guru sejati adalah sosok yang memahami dinamika psikologis muridnya. Tanpa pemahaman itu, pembelajaran akan berjalan kaku dan tidak menyentuh aspek kemanusiaan.
“Belajar bukan hanya transfer ilmu, tapi juga proses membangun hubungan emosional dan sosial yang sehat antara guru dan siswa,” tambahnya.
Menggali Teori, Menyentuh Praktik Nyata
Dalam perkuliahan ini, mahasiswa tidak hanya belajar teori klasik dari tokoh-tokoh besar seperti Jean Piaget dengan teori perkembangan kognitifnya, Lev Vygotsky dengan teori sosiokulturalnya, dan B.F. Skinner dengan teori perilaku (behavioristik), tetapi juga diajak memahami relevansi teori tersebut di kelas modern yang penuh tantangan.
Dr. Erik merancang pembelajaran dengan pendekatan student-centered learning di mana mahasiswa aktif berdiskusi, memecahkan kasus nyata, hingga melakukan simulasi mengajar atau micro teaching. Beberapa kali mahasiswa juga diberikan tugas observasi ke sekolah mitra untuk melihat langsung perilaku belajar siswa di lapangan.
Kegiatan observasi ini menjadi pengalaman yang berkesan bagi mahasiswa. Mereka tidak hanya mencatat perilaku siswa, tetapi juga menganalisisnya menggunakan pendekatan teori psikologi. Dengan demikian, konsep yang semula bersifat abstrak menjadi lebih konkret dan mudah dipahami.
Salah satu mahasiswa peserta, Hellen Hilmatu Saadah, menuturkan pengalaman menariknya selama mengikuti perkuliahan.
“Dulu saya berpikir mengajar itu hanya soal menyampaikan materi. Tapi setelah mengikuti kuliah ini, saya jadi tahu pentingnya memahami karakter dan motivasi belajar setiap siswa. Ternyata setiap anak punya cara belajar dan latar belakang yang berbeda, dan itu harus diperhatikan guru,” ungkapnya penuh semangat.
Dari Teori Menuju Empati Pendidik
Suasana kelas Psikologi Pendidikan dikenal hidup dan kolaboratif. Dr. Erik kerap memulai perkuliahan dengan pertanyaan reflektif seperti “Apa yang membuat kalian ingin menjadi guru?” atau “Bagaimana perasaan kalian saat menghadapi siswa yang tidak fokus belajar?”. Pertanyaan-pertanyaan sederhana itu memicu diskusi mendalam dan membuat mahasiswa merenungkan peran mereka sebagai calon pendidik.
Kegiatan belajar tidak monoton. Kadang mahasiswa diajak melakukan simulasi psikologis, bermain peran menjadi guru dan siswa, bahkan menganalisis perilaku dari video pembelajaran nyata. Metode ini membuat suasana kelas terasa menyenangkan namun tetap bermakna.
“Pendekatan interaktif seperti ini sangat membantu mahasiswa memahami teori. Mereka bukan hanya tahu konsepnya, tapi juga bisa melihat aplikasinya dalam konteks pendidikan Indonesia yang beragam,” ujar Dr. Erik.
Selain itu, mahasiswa juga dilatih mengidentifikasi faktor-faktor psikologis yang memengaruhi keberhasilan belajar, seperti motivasi, emosi, kepribadian, hingga latar belakang keluarga. Pemahaman ini penting agar guru mampu merancang pembelajaran yang inklusif dan berkeadilan bagi semua peserta didik.
Menyiapkan Guru dengan Kesadaran Psikologis
Salah satu tujuan utama dari mata kuliah ini adalah membentuk guru yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga bijak secara emosional. Guru yang mampu mengelola dirinya sendiri sebelum mengelola kelasnya.
“Psikologi Pendidikan bukan hanya tentang memahami siswa, tetapi juga tentang memahami diri sendiri sebagai calon pendidik,” tegas Dr. Erik.
Ia menjelaskan bahwa banyak permasalahan dalam dunia pendidikan muncul karena guru kurang memahami aspek psikologis siswa maupun dirinya sendiri. Dengan kesadaran psikologis, guru dapat bersikap lebih empatik, sabar, dan profesional dalam menghadapi berbagai situasi di kelas.
Melalui pendekatan yang komprehensif, mahasiswa diajak mengembangkan kemampuan refleksi diri. Mereka menulis jurnal belajar tentang pengalaman emosional selama mengajar, mengidentifikasi stres, serta mencari strategi pengelolaan diri.
Menurut Dr. Erik, kegiatan reflektif ini sangat penting untuk membentuk guru-guru masa depan yang tangguh dan berdaya juang tinggi.
“Guru yang memahami dirinya akan lebih mudah memahami orang lain. Dan dari sanalah lahir pendidikan yang humanis,” ujarnya.
Membangun Lingkungan Belajar yang Seimbang
Dalam sesi terakhir perkuliahan, mahasiswa diajak menyusun rancangan pembelajaran yang memperhatikan tiga aspek perkembangan peserta didik: kognitif, afektif, dan sosial. Pendekatan ini menekankan pentingnya keseimbangan antara kemampuan berpikir, sikap, dan keterampilan sosial.
Beberapa kelompok mahasiswa mempresentasikan rancangan pembelajaran inovatif yang berfokus pada motivasi belajar siswa melalui strategi reward and reinforcement, kegiatan kolaboratif, dan pembelajaran berbasis proyek.
“Kami ingin siswa merasa dihargai dan dilibatkan dalam proses belajar, bukan hanya sebagai penerima informasi,” ujar Hellen mewakili kelompoknya.
Dr. Erik menilai presentasi mahasiswa sebagai bukti bahwa mereka mulai memahami esensi Psikologi Pendidikan bukan hanya dari sisi teori, tetapi juga praktik nyata.
“Saya senang melihat mahasiswa bisa menghubungkan teori dengan dunia nyata. Itulah tanda bahwa pembelajaran berhasil,” ujarnya sambil tersenyum.
Harapan untuk Masa Depan Pendidikan
Melalui mata kuliah ini, diharapkan lahir calon-calon guru yang tidak hanya pandai mengajar, tetapi juga memahami manusia secara utuh. Guru yang mampu menjadi sahabat belajar, motivator, sekaligus pembimbing bagi siswa.
Psikologi Pendidikan bukan sekadar mata kuliah wajib, melainkan jantung dari seluruh proses pendidikan. Ia mengajarkan empati, kesabaran, komunikasi, dan refleksi diri — nilai-nilai yang menjadi ruh dalam profesi keguruan.
Seperti disampaikan oleh Dr. Erik di akhir sesi perkuliahan:
“Jika kalian ingin menjadi guru yang hebat, mulailah dengan memahami siswa kalian. Tapi sebelum itu, pahamilah diri sendiri terlebih dahulu. Karena pendidikan sejati lahir dari hati yang memahami.”
Dengan pendekatan yang menyentuh aspek intelektual dan emosional, mata kuliah Psikologi Pendidikan terus menjadi ruang belajar yang menumbuhkan kesadaran, bukan hanya pengetahuan. Para mahasiswa pun pulang dari kelas bukan sekadar membawa catatan teori, tetapi juga pemahaman baru tentang makna menjadi seorang pendidik sejati.
Oleh : Dini Mulyawati – Mahasiswa Semester 3 – Program Studi Pendidikan Guru Anak Dini, Universtitas Muhammadiyah Kuningan

