STRATEGI MENGHADAPI ANAK YANG SULIT MENGIKUTI ATURAN

Kuningan – Perjalanan mendidik anak memiliki banyak tantangan, salah satunya adalah ketika anak menunjukkan kesulitan untuk mengikuti aturan yang telah ditetapkan di rumah maupun di sekolah. Sebagai orang tua dan juga pendidik kita disarankan untuk menerapkan strategi disiplin positif yang berfokus pada pengajaran, komunikasi, dan konsistensi. Pendekatan ini bertujuan untuk menanamkan kontrol diri pada anak.

Bagi banyak orang tua, menghadapi anak yang sulit mengikuti aturan bisa menjadi tantangan yang menguji kesabaran. Perilaku menolak aturan seringkali disalahartikan sebagai kenakalan semata. Padahal, para ahli menegaskan bahwa ini adalah kesempatan untuk mengajarkan kontrol diri dan pemecahan masalah melalui strategi yang tepat dan penuh kasih.

Menurut psikolog anak, penolakan anak terhadap aturan bisa bersumber dari beberapa hal, seperti: mereka belum memahami alasan di balik aturan tersebut, aturan yang terlalu banyak atau rumit, hingga mereka sedang menguji batasan untuk mencari kemandirian.

"Anak yang sulit diatur kadang bukan berarti mereka ingin melawan apa kata orang tua. Mereka mungkin hanya tidak mengerti kenapa Anda melarangnya berbuat demikian," jelas seorang pakar dalam studi perilaku anak. Oleh karena itu, langkah awal yang harus dilakukan adalah memberikan penjelasan yang masuk akal, mudah dimengerti, dan sesuai dengan tahap perkembangan usia mereka.

Untuk mengubah perilaku menantang menjadi peluang belajar, berikut adalah lima strategi utama yang direkomendasikan para ahli: yang pertama komunikasi aturan yang jelas dan terukur. Aturan yang dibuat mudah dipahami oleh anak sesuai usianya. Jangan hanya melarang, tetapi jelaskan mengapa aturan itu penting. Misalnya, "mengapa kita perlu membereskan mainan? agar tidak ada yang tersandung dan jatuh". Ajak anak anak berdiskusi saat membuat aturan terutama anak usia prasekolah ke atas. Ketika anak merasa didengar, mereka lebih mungkin menaati. Kemudian gunakan poster atau papan tulis untuk mencatat aturan harian rutinitas agar mudah diingat.

Yang kedua konsistensi adalah kunci utama. Disiplin tidak akan efektif tanpa konsistensi, ini adalah fondasi yang mengajarkan anak bahwa aturan adalah sesuatu yang pasti dan tidak bisa ditawar. Pola asuh antara kedua orang tua dengan pengasuh memiliki pendekatan dan aturan yang sama agar anak tidak bingung dan mencari celah. Terapkan aturan secara konsisten, baik di rumah maupun di tempat umum, tanpa mudah luluh pada rengekan atau tantrum (ledakan emosi).

Yang ketiga fokus pada penguatan perilaku positif. Sebagai orang tua perlu memperhatikan kesalahan anak kemudian ubah fokus menjadi menghargai perilaku baik. Ini akan mendorong anak untuk mengulanginya. Memberikan pujian yang tulus pada anak, contoh: "Mama/Papa suka sekali melihat kamu membereskan buku-bukumu tanpa disuruh. Itu sangat membantu kami nak!". Orang tua juga bersedia meluangkan waktu berkualitas misalnya 15 sampai 20 menit setiap hari hanya untuk berinteraksi dengan anak, agar ikatan emosional kuat dan anak merasa kebutuhannya terpenuhi.

Yang keempat terapkan konsekuensi yang masuk akal. Konsekuensi adalah akibat alamiah dari sebuah tindakan. Tujuan konsekuensi adalah mengajarkan lebih baik, bukan menghukum. Konsekuensi harus terkait langsung dengan pelanggaran, contoh: jika anak menumpahkan air susu karena bermain-main, konsekuensinya adalah ia harus ikut membersihkan tumpahan tersebut. Sebagai orang tua, kita perlu hindari atau jauhi memukul, membentak, atau menggunakan kata-kata kasar. Ini merusak harga diri dan tidak mengajarkan pelajaran yang benar pada anak. Jika anak tantrum atau tidak bisa mengendalikan emosi, alihkan mereka ke tempat tenang untuk menenangkan diri time-out atau time-in bersama orang tua.

Yang kelima jadilah teladan (role model) terbaik. Anak-anak adalah peniru ulung. Perilaku orang tua memiliki dampak paling besar dalam pembentukan kedisiplinan. Contoh nyata: jika Anda ingin anak disiplin waktu, tunjukkan bahwa Anda juga disiplin dan menepati janji. Jika Anda ingin anak bicara sopan, pastikan Anda juga menggunakan bahasa yang baik.

Dengan menerapkan strategi yang berfokus pada rasa hormat, empati, dan pengajaran, orang tua dapat membantu anak-anak yang sulit mengikuti aturan untuk tumbuh menjadi individu yang bertanggung jawab dan memiliki kontrol diri yang baik.

Ditulis oleh Shafa Aulia Ramadhani - Mahasiswa Semester 3 – Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Muhammadiyah Kuningan.